Jumat, 23 Januari 2009

Politik Mejeng


Malu sendiri. Saya melihat banyak wajah yang saya kenal terpasang di pinggir jalan.
Dengan sangat percaya diri, mereka "mejeng" memperkenalkan diri. Banyak di antaranya yang penuh dengan janji. Mungkin, mereka tulus memasang gambar mereka sendiri. Tapi mungkin juga ada di antaranya yang terpaksa melakukannya.
Mereka harus melakukan itu. Mereka ingin dikenal publik; ingin mendapat simpatik; ingin dipandang sebagai pejuang; ingin dipercaya sebagai pemegang aspirasi; atau sekedar ingin mendapat belas kasihan.
Saya tahu, ada di antaranya yang kurang rela. Mereka sebetulnya malu.
Tapi, mekanisme politik seolah memaksa mereka untuk memasang gambar di pinggir jalan.
"Sudahlah, terimalah kawan..."
Hanya itu yang dapat saya katakan. Mudah-mudahan menjadi penghibur mereka.
Toh, politik sudah terlanjur menjadi pilihannya.

Sekedar untuk menghibur mereka, saya temani di sini.
Maaf kawan. Saya tidak ingin di pinggir jalan.

1 komentar:

  1. Bagus Om, mendingan mejeng di blog gak perlu obral janji yang akhirnya pada bunuh diri, gak perlu keluar fulus yang akhirnya terjerumus, gak perlu dandan perlente kan Om!. Cukup pake kaos oblong, pake celana sepotong, dan plong.......!.

    BTW, gimana menurut Om Samuh tentang caleg-caleg perempuan? Benarkah yang 30% itu mampu mewakili suara perempuan? perempuan yang mana? Saya perempuan nih!

    BalasHapus